Ritual Keagamaan Dalam Penyucian Gunung Rinjani Di Lombok
Baca Juga Konsep Penyatuan Diri dengan Gunung Rinjani
Media Viral 25-Lombok: Matahari telah meninggi. Namun, suasana hening masih menyelimuti sebuah kawasan di kaki Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusatenggara Barat. Masyarakat di sana tak ada yang berada di rumah, saat itu. Seluruh warga berkumpul di Pura Jagadnata, tempat ibadat umat Hindu. Di tempat ini, warga dengan khidmat mendendangkan kidung Pangruwat Bumi, melantunkan doa-doa, dan mempersembahkan tarian suci kepada Jagad Dewanata. Ritual ini adalah awal dari Yadnya Mulang Pekelem dan Bumi Sudha, prosesi sembahyang umat Hindu di Pulau Lombok. Upacara itu sendiri akan digelar pada purnama bulan kelima di Danau Segara Anak dekat puncak Gunung Rinjani.
Upacara Mulang Pekelem dan Bumi Sudha dilakukan setiap lima tahun sekali dan tergolong upacara besar bagi umat Hindu di Pulau Lombok. Peserta yang hadir bukan hanya umat Hindu dari Pulau Lombok, tapi juga dari Bali, Jawa, dan Kalimantan. Upacara ini adalah refleksi dari konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut didasari untuk memberikan sebuah pengorbanan suci agar alam dibersihkan dari kekuatan jahat dan manusia bisa hidup dalam harmoni dengan alam di sekitarnya. Apalagi, berbagai bencana alam yang muncul akhir-akhir ini membuat ritual itu patut dilakukan. Sejatinya, ritual Mulang Pekelem dan Bumi Sudha adalah perjalanan panjang yang akan melelahkan, menyita waktu, pikiran, dan tenaga luar biasa. Pasalnya, selama tiga hari mereka akan mendaki Gunung Rinjani untuk sampai di Danau Segara Anak, yang diyakini sebagai pusat spiritual di Tanah Sasak.
Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ketiga di Tanah Air dengan ketinggian mencapai 3.726 meter dari permukaan laut. Bagi umat Hindu, gunung ini mempunyai nilai spiritual yang tinggi, magis, dan keramat. Seperti halnya Gunung Himalaya di India atau Gunung Semeru di Pulau Jawa, Rinjani menjadi sebuah tempat yang mempunyai getar kesucian yang tinggi. Tempat para Dewa kerap berkumpul untuk memberikan anugerah kehidupan. Di kawasan ini, tumbuh-tumbuhan dan binatang hidup dengan penuh vitalitas. Itu semua dipercaya berkat dukungan energi dari Sang Gunung. Air dari Danau Segara Anak mengairi sebagian besar sawah di Pulau Lombok dan menjadi sumber kehidupan bagi orang Sasak. Tak heran, Gunung Rinjani kerap disebut sebagai gunung kehidupan.
Konon, kesucian Gunung Rinjani telah diyakini umat Hindu sejak abad XVI. Pada kurun waktu itulah Yadnya Mulang Pekelem dan Bumi Sudha pertama kali digelar. Saat itu, Kerajaan Karang Asem dilanda kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan dan wabah penyakit. Menghadapi bencana ini, Raja Anglurah Karangasem melakukan sembahyang dan semadi di Gunung Sari. Dalam tapanya, Raja mendapat bisikan untuk melakukan Yadnya Bumi Sudha dan Mulang Pekelem pada Purnama Sasih Kelima di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Ajaib, seusai ritual digelar, hujan turun membasahi bumi dan membawa berkah kesehatan bagi masyarakat setempat.
Sejak itulah, upacara tersebut hingga kini tetap diteruskan para penganut agama Hindu di Lombok. Kepatuhan dan kesetiaan mutlak atas adanya kehidupan yang lebih agung di luar kehidupan manusia membuat mereka mempertahankan tradisi ini. Mereka rela berkorban baik lahir dan batin agar mendapatkan sebuah tempat terdekat di tengah bumi. Sejatinya, semua itu dilakukan agar bisa merasakan getar kesucian Sang Hyang Widi Wassa.
Perjalanan menuju Danau Segara Anak pun dilakukan. Dengan bekal seadanya, mereka memulai prosesi pengorbanan untuk mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa. Bukit terjal nan mendaki, cucuran keringat serta udara dingin yang mulai menusuk tulang di ketinggian gunung, tak menyurutkan niat mereka. Laki-laki, perempuan, orang tua, dan anak-anak, seolah mendapatkan kekuatan gaib untuk melalui perjalanan yang sulit, layaknya pendaki gunung tangguh.
Tiga hari menjelang Purnama Sasih Kelima, rombongan akhirnya melewati separuh waktu perjalanan untuk sampai di Segara Anak. Di sebuah tempat yang menjadi pertemuan tiga sumber mata air yang disebut Poprok, mereka berhenti untuk memasang tenda dan sembahyang. Poprok juga disebut Tirta Pecampuan, mempunyai makna tersendiri bagi umat Hindu. Pertemuan tiga sumber mata air yaitu air dingin dari Segara Anak, air panas dari magma gunung, dan air belerang dari sumber yang lain, membuat tempat ini mempunyai energi spiritual yang kuat. Di tempat ini, mereka menghabiskan waktu dengan menginap dalam dinginnya kabut gunung.
Menjelang pagi, perjalanan spritual diteruskan. Dengan keikhlasan seorang hamba, mereka kembali mendaki bukit-bukit di lereng Rinjani. Keringat mulai menetes dan kidung mulai didendangkan untuk menghilangkan rasa penat. Di beberapa tempat yang dianggap keramat, perjalanan sempat terhenti. Sejumlah anak muda baik laki-laki dan perempuan yang kuat sempat berebut masuk ke sebuah gua untuk sembahyang. Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh mereka yang sudah kelelahan untuk beristirahat.
Delapan jam sudah mereka berjalan sejak berangkat dari Poprok. Letih dan penat melewati jalan yang terjal dan mendaki mulai dirasakan beberapa peserta upacara. Kendati begitu, semangat mereka untuk sampai ke tujuan tak pernah surut. Pelan tapi pasti. Hingga akhirnya, perjalanan sampai di tempat tujuan. Danau Segara Anak.
Di tempat yang cukup lapang di pinggir danau, dibangun sebuah pure sementara. Penjor sebagai tanda adanya upacara suci didirikan. Beberapa cerucuk yang menjadi tempat sesaji dipasang di sembilan arah mata angin. Sesaji dan bebanten yang akan ditaruh di cerucuk-cerucuk juga disiapkan.
Beberapa peristiwa kecil terjadi saat berlangsungnya berbagai persiapan upacara. Danau yang tadinya tenang, tiba-tiba beriak ditiup angin cukup kencang. Kabut tebal pun menutupi permukaan danau. Di tengah suasana itu, suatu pesan gaib datang melalui seorang lelaki yang kerasukan. Pesan dari Dewa Bayu yang ternyata telah terlupakan untuk disebut dalam upacara.
Kerasukan saat malam tiba, pertanda dimulai upacara pembuka. Upacara Melaspas dan Nuhur begitu disebut. Melaspas dilakukan untuk menyucikan tempat upacara dari kekuatan jahat yang mengganggu. Sedangkan Nuhur dilantunkan sebagai undangan kepada para Dewata penunggu Gunung Rinjani untuk mengiringi persembahan.
Beberapa pesan gaib kembali muncul dengan berbagai cara. Di tengah upacara, seorang perempuan tiba-tiba kerasukan dan menyampaikan beberapa pesan dari dunia supranatural. Namun dengan kekuatan keyakinan mereka, Melaspas dan Nuhur diteruskan hingga persiapan upacara mencapai kesempurnaan.
Ketika Purnama Sasih kelima telah tiba, Yadnya Bumi Sudha dan Mulang Pekelempun digelar. Gadis-gadis penari membuka upacara dengan menyajikan tarian suci untuk para Dewata dan para Kala agar tak mengganggu umat yang sedang upacara. Upacara kali ini dikhususkan untuk Yadnya Bumi Sudha. Bumi Sudha dilakukan lima tahun sekali sebagai upacara besar untuk menyeimbangkan jagad alit dunia manusia dengan jagad ageng. Penyeimbangan itu dilakukan dengan mengorbankan beberapa ekor hewan.
Melalui pengorbanan binatang-binatang itu, Bumi akan dibersihkan dari unsur-unsur jahat yang merusak. Unsur-unsur jahat yang terkadang masuk ke dalam tubuh manusia lewat sifat-sifat yang merusak alam. Doa-doa dipanjatkan kepada Sang Hyang Widi Wasa agar bumi dibersihkan dari pengaruh-pengaruh jahat. Manusia dibersihkan hatinya. Begitu pula alam, tempat hidup yang sempurna bagi semua makluk dibersihkan agar kehidupan harmoni bisa tetap terjaga.
Puluhan binatang disembelih sebagai korban agar dunia tenteram dan damai. Kerbau, sapi, kambing dan sembilan jenis binatang peliharaan lain dikorbankan untuk dipersembahkan kepada para Dewa di sembilan penjuru mata angin.
Sebagai puncak acara, sejumlah binatang liar dilepas ke alam bebas agar mereka beranak pinak dan menciptakan keseimbangan alam di Gunung Rinjani. Upacara Bumi Sudha pun ditutup menjelang malam. Kandang bintang dibakar sebagai simbol dikembalikannya segala unsur kehidupan ke haribaan alam. Prosesi pun berakhir untuk dilanjutkan esok hari, saat Yadnya Mulang Pekelem akan melengkapi ritual pengorbanan para pemeluk agama Hindu.
Lima hari telah dilalui. Perjalanan panjang yang melelahkan telah ditempuh. Tapi, kesetiaan dan pengorbanan kepada sang Hyang Widi Wasa masih dianggap belum lengkap. Maka pada hari keenam, disiapkanlah upacara Yadnya Mulang Pekelem. Melalui wayang, simbol-simbol dan makna Mulang Pekelem dijabarkan kepada seluruh umat.
Mulang Pekelem adalah bentuk lain pengorbanan umat Hindu kepada Tuhan. Pengorbanan ini dilakukan dengan menenggelamkan benda-benda berharga, seperti emas, perak, tembaga, dan uang logam ke dalam Segara Anak. Logam mulia yang dibentuk dalam berbagai simbol harapan. Bentuk Udang sebagai simbol kesuburan. Kura-kura sebagai simbol dunia. Ikan sebagi simbol kehidupan. Peripihan atau lempengan hewan, dan unggas sebagai simbol alam semesta.
Dengan pengorbanan ini, maka Dewata diharapkan akan menganugerahkan hujan dan kesuburan di Tanah Sasak. Dalam suasana penuh haru, emas, perak, tembaga, dan uang logam yang telah dibungkus dalam beberapa lembar kain siap dilarung oleh para pemuda. Dalam dinginnya kabut Rinjani, beberapa pemuda berlomba saling mendahului masuk ke Segara Anak. Seolah berlomba untuk menunjukkan kesetiaan dan pengorbanan terbaik mereka kepada Dewata Penguasa Segara Anak. Satu demi satu benda-benda berharga itu tenggelam dalam rahim danau suci Segara Anak.
Akhirnya semua simbol kebendaan dipersembahkan kepada para Dewata Penguasa Gunung Rinjani tuntas. Yadnya demi yadnya telah digelar. Bumi telah diruwat. Harmoni kehidupan telah dimohonkan kepada Sang Maha Batara Penguasa Jagad Raya. Saat purnama sasih kelima mulai muncul di atas langit, mereka melepaskan kepenatan dengan mementaskan tari topeng. Tari topeng untuk menutup perjalanan suci agar bumi dan seisinya dibebaskan dari Sang Betara Angkara.(ORS/Tim Potret)
Baca Juga Fakta Mengenai Dewi Anjani Menurut Agama Hindu
Setelah berjalan
sekitar 30 menit, Anda baru akan tiba di lokasi air terjun. Meskipun
lelah, Anda akan disambut cericit unggas yang bersahutan di hutan, dan
udara yang sejuk membuat rasa lelah itu hilang seketika. (Khaerul Anwar)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
SEORANG rekan memberi
nasihat. Kalau Anda mau awet muda, mandilah di air terjun Benang
Setukel. Kalau rambut Anda tidak ingin rontok dan ubanan, mandilah di
air terjun Benang Kelambu. Alasan sang teman, di air terjun itulah Dewi
Anjani, Sang Ratu Penguasa Gunung Rinjani, mandi dan membasuh rambutnya
yang ikal dan panjang sehingga nyaris menyentuh bumi.
Celoteh rekan itu umum terdengar sebagai trik untuk memasarkan dua
lokasi air terjun di Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batu
Keliang Utara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), atau sekitar 33
kilometer arah timur Kota Mataram, ibu kota NTB.
Untuk menuju ke sana, Anda bisa menempuh dengan sepeda motor atau mobil
ke Desa Teratak. Dari desa ini, ambil arah kiri (utara). Sebagian jalan
tengah dalam perbaikan menggunakan aspal hotmix. Meskipun ramai
dikunjungi saat hari libur, obyek wisata ini tak bisa digunakan untuk
menginap. Hal ini karena belum ada fasilitas dan akomodasi yang
tersedia.
Benang Setukel terdiri atas dua air terjun yang berderet. Airnya yang
meluncur dari ketinggian 30 meter terlihat bagaikan segumpal benang
(setukel) yang jatuh ke kolam dangkal, terbentuk secara alami. Air
seperti tumpah dari kawasan hutan lindung Gunung Rinjani yang
ketinggiannya 3.726 meter di atas permukaan laut.
Air terjun Benang Kelambu terdiri atas dua kelompok. Di kelompok pertama
terdapat dua air terjun dan di kelompok kedua terdapat empat air
terjun. Lokasi air terjun ini berada sekitar 500 meter di atas air
terjun Benang Setukel. Namun, uniknya, air terjun Benang Kelambu ini tak
langsung jatuh ke bawah, tetapi mengalir melalui bebatuan yang
berbentuk ceper dan tersusun, kemudian merambat melalui semak-semak
belukar di dinding air terjun.
Saat air jatuh dari semak-semak belukar tersebut, percikannya membentuk
bentangan tirai putih bagaikan benang kelambu. Oleh sebab itu,
masyarakat menjulukinya sebagai air terjun Benang Kelambu. Air yang
jatuh seperti ”dihalangi” bebatuan dan semak-semak belukar. Akibatnya,
jika berada di bawah air terjun ini, Anda tak bakal dihantam seperti
gulungan air jatuh, tetapi seperti diguyur air hujan.
Setibanya di areal parkir obyek wisata ini, Anda harus berjalan kaki 500
meter menuju lokasi. Perjalanan ke sana tak membahayakan. Sebab, di
beberapa tempat, jalannya dilengkapi dengan tangga beton. Namun, bagi
yang tak terbiasa berjalan menapak tangga, jalan menuju Benang Setukel
pasti akan membuat Anda ngos-ngosan dan berkeringat.
Perlu diakui, jalan yang agak berat adalah saat menuju air terjun Benang
Kelambu. Rutenya bisa melalui lokasi air terjun Benang Setukel dengan
tanah terjal, berliku, dan melalui jalan setapak. Pengunjung harus
berhati-hati karena bisa tergelincir jika tak hati-hati berjalan.
Salah satu pemandangan yang bisa dilihat saat berjalan menuju air terjun
itu adalah pengunjung bisa melihat sebagian lahan yang digunakan untuk
berkebun cokelat dan kopi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
SEORANG rekan memberi
nasihat. Kalau Anda mau awet muda, mandilah di air terjun Benang
Setukel. Kalau rambut Anda tidak ingin rontok dan ubanan, mandilah di
air terjun Benang Kelambu. Alasan sang teman, di air terjun itulah Dewi
Anjani, Sang Ratu Penguasa Gunung Rinjani, mandi dan membasuh rambutnya
yang ikal dan panjang sehingga nyaris menyentuh bumi.
Celoteh rekan itu umum terdengar sebagai trik untuk memasarkan dua
lokasi air terjun di Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batu
Keliang Utara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), atau sekitar 33
kilometer arah timur Kota Mataram, ibu kota NTB.
Untuk menuju ke sana, Anda bisa menempuh dengan sepeda motor atau mobil
ke Desa Teratak. Dari desa ini, ambil arah kiri (utara). Sebagian jalan
tengah dalam perbaikan menggunakan aspal hotmix. Meskipun ramai
dikunjungi saat hari libur, obyek wisata ini tak bisa digunakan untuk
menginap. Hal ini karena belum ada fasilitas dan akomodasi yang
tersedia.
Benang Setukel terdiri atas dua air terjun yang berderet. Airnya yang
meluncur dari ketinggian 30 meter terlihat bagaikan segumpal benang
(setukel) yang jatuh ke kolam dangkal, terbentuk secara alami. Air
seperti tumpah dari kawasan hutan lindung Gunung Rinjani yang
ketinggiannya 3.726 meter di atas permukaan laut.
Air terjun Benang Kelambu terdiri atas dua kelompok. Di kelompok pertama
terdapat dua air terjun dan di kelompok kedua terdapat empat air
terjun. Lokasi air terjun ini berada sekitar 500 meter di atas air
terjun Benang Setukel. Namun, uniknya, air terjun Benang Kelambu ini tak
langsung jatuh ke bawah, tetapi mengalir melalui bebatuan yang
berbentuk ceper dan tersusun, kemudian merambat melalui semak-semak
belukar di dinding air terjun.
Saat air jatuh dari semak-semak belukar tersebut, percikannya membentuk
bentangan tirai putih bagaikan benang kelambu. Oleh sebab itu,
masyarakat menjulukinya sebagai air terjun Benang Kelambu. Air yang
jatuh seperti ”dihalangi” bebatuan dan semak-semak belukar. Akibatnya,
jika berada di bawah air terjun ini, Anda tak bakal dihantam seperti
gulungan air jatuh, tetapi seperti diguyur air hujan.
Setibanya di areal parkir obyek wisata ini, Anda harus berjalan kaki 500
meter menuju lokasi. Perjalanan ke sana tak membahayakan. Sebab, di
beberapa tempat, jalannya dilengkapi dengan tangga beton. Namun, bagi
yang tak terbiasa berjalan menapak tangga, jalan menuju Benang Setukel
pasti akan membuat Anda ngos-ngosan dan berkeringat.
Perlu diakui, jalan yang agak berat adalah saat menuju air terjun Benang
Kelambu. Rutenya bisa melalui lokasi air terjun Benang Setukel dengan
tanah terjal, berliku, dan melalui jalan setapak. Pengunjung harus
berhati-hati karena bisa tergelincir jika tak hati-hati berjalan.
Salah satu pemandangan yang bisa dilihat saat berjalan menuju air terjun
itu adalah pengunjung bisa melihat sebagian lahan yang digunakan untuk
berkebun cokelat dan kopi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
SEORANG rekan memberi
nasihat. Kalau Anda mau awet muda, mandilah di air terjun Benang
Setukel. Kalau rambut Anda tidak ingin rontok dan ubanan, mandilah di
air terjun Benang Kelambu. Alasan sang teman, di air terjun itulah Dewi
Anjani, Sang Ratu Penguasa Gunung Rinjani, mandi dan membasuh rambutnya
yang ikal dan panjang sehingga nyaris menyentuh bumi.
Celoteh rekan itu umum terdengar sebagai trik untuk memasarkan dua
lokasi air terjun di Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batu
Keliang Utara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), atau sekitar 33
kilometer arah timur Kota Mataram, ibu kota NTB.
Untuk menuju ke sana, Anda bisa menempuh dengan sepeda motor atau mobil
ke Desa Teratak. Dari desa ini, ambil arah kiri (utara). Sebagian jalan
tengah dalam perbaikan menggunakan aspal hotmix. Meskipun ramai
dikunjungi saat hari libur, obyek wisata ini tak bisa digunakan untuk
menginap. Hal ini karena belum ada fasilitas dan akomodasi yang
tersedia.
Benang Setukel terdiri atas dua air terjun yang berderet. Airnya yang
meluncur dari ketinggian 30 meter terlihat bagaikan segumpal benang
(setukel) yang jatuh ke kolam dangkal, terbentuk secara alami. Air
seperti tumpah dari kawasan hutan lindung Gunung Rinjani yang
ketinggiannya 3.726 meter di atas permukaan laut.
Air terjun Benang Kelambu terdiri atas dua kelompok. Di kelompok pertama
terdapat dua air terjun dan di kelompok kedua terdapat empat air
terjun. Lokasi air terjun ini berada sekitar 500 meter di atas air
terjun Benang Setukel. Namun, uniknya, air terjun Benang Kelambu ini tak
langsung jatuh ke bawah, tetapi mengalir melalui bebatuan yang
berbentuk ceper dan tersusun, kemudian merambat melalui semak-semak
belukar di dinding air terjun.
Saat air jatuh dari semak-semak belukar tersebut, percikannya membentuk
bentangan tirai putih bagaikan benang kelambu. Oleh sebab itu,
masyarakat menjulukinya sebagai air terjun Benang Kelambu. Air yang
jatuh seperti ”dihalangi” bebatuan dan semak-semak belukar. Akibatnya,
jika berada di bawah air terjun ini, Anda tak bakal dihantam seperti
gulungan air jatuh, tetapi seperti diguyur air hujan.
Setibanya di areal parkir obyek wisata ini, Anda harus berjalan kaki 500
meter menuju lokasi. Perjalanan ke sana tak membahayakan. Sebab, di
beberapa tempat, jalannya dilengkapi dengan tangga beton. Namun, bagi
yang tak terbiasa berjalan menapak tangga, jalan menuju Benang Setukel
pasti akan membuat Anda ngos-ngosan dan berkeringat.
Perlu diakui, jalan yang agak berat adalah saat menuju air terjun Benang
Kelambu. Rutenya bisa melalui lokasi air terjun Benang Setukel dengan
tanah terjal, berliku, dan melalui jalan setapak. Pengunjung harus
berhati-hati karena bisa tergelincir jika tak hati-hati berjalan.
Salah satu pemandangan yang bisa dilihat saat berjalan menuju air terjun
itu adalah pengunjung bisa melihat sebagian lahan yang digunakan untuk
berkebun cokelat dan kopi.
Setelah berjalan sekitar 30 menit, Anda baru akan tiba di lokasi air
terjun. Meskipun lelah, Anda akan disambut cericit unggas yang
bersahutan di hutan, dan udara yang sejuk membuat rasa lelah itu hilang
seketika. (Khaerul Anwar)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
SEORANG rekan memberi
nasihat. Kalau Anda mau awet muda, mandilah di air terjun Benang
Setukel. Kalau rambut Anda tidak ingin rontok dan ubanan, mandilah di
air terjun Benang Kelambu. Alasan sang teman, di air terjun itulah Dewi
Anjani, Sang Ratu Penguasa Gunung Rinjani, mandi dan membasuh rambutnya
yang ikal dan panjang sehingga nyaris menyentuh bumi.
Celoteh rekan itu umum terdengar sebagai trik untuk memasarkan dua
lokasi air terjun di Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batu
Keliang Utara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), atau sekitar 33
kilometer arah timur Kota Mataram, ibu kota NTB.
Untuk menuju ke sana, Anda bisa menempuh dengan sepeda motor atau mobil
ke Desa Teratak. Dari desa ini, ambil arah kiri (utara). Sebagian jalan
tengah dalam perbaikan menggunakan aspal hotmix. Meskipun ramai
dikunjungi saat hari libur, obyek wisata ini tak bisa digunakan untuk
menginap. Hal ini karena belum ada fasilitas dan akomodasi yang
tersedia.
Benang Setukel terdiri atas dua air terjun yang berderet. Airnya yang
meluncur dari ketinggian 30 meter terlihat bagaikan segumpal benang
(setukel) yang jatuh ke kolam dangkal, terbentuk secara alami. Air
seperti tumpah dari kawasan hutan lindung Gunung Rinjani yang
ketinggiannya 3.726 meter di atas permukaan laut.
Air terjun Benang Kelambu terdiri atas dua kelompok. Di kelompok pertama
terdapat dua air terjun dan di kelompok kedua terdapat empat air
terjun. Lokasi air terjun ini berada sekitar 500 meter di atas air
terjun Benang Setukel. Namun, uniknya, air terjun Benang Kelambu ini tak
langsung jatuh ke bawah, tetapi mengalir melalui bebatuan yang
berbentuk ceper dan tersusun, kemudian merambat melalui semak-semak
belukar di dinding air terjun.
Saat air jatuh dari semak-semak belukar tersebut, percikannya membentuk
bentangan tirai putih bagaikan benang kelambu. Oleh sebab itu,
masyarakat menjulukinya sebagai air terjun Benang Kelambu. Air yang
jatuh seperti ”dihalangi” bebatuan dan semak-semak belukar. Akibatnya,
jika berada di bawah air terjun ini, Anda tak bakal dihantam seperti
gulungan air jatuh, tetapi seperti diguyur air hujan.
Setibanya di areal parkir obyek wisata ini, Anda harus berjalan kaki 500
meter menuju lokasi. Perjalanan ke sana tak membahayakan. Sebab, di
beberapa tempat, jalannya dilengkapi dengan tangga beton. Namun, bagi
yang tak terbiasa berjalan menapak tangga, jalan menuju Benang Setukel
pasti akan membuat Anda ngos-ngosan dan berkeringat.
Perlu diakui, jalan yang agak berat adalah saat menuju air terjun Benang
Kelambu. Rutenya bisa melalui lokasi air terjun Benang Setukel dengan
tanah terjal, berliku, dan melalui jalan setapak. Pengunjung harus
berhati-hati karena bisa tergelincir jika tak hati-hati berjalan.
Salah satu pemandangan yang bisa dilihat saat berjalan menuju air terjun
itu adalah pengunjung bisa melihat sebagian lahan yang digunakan untuk
berkebun cokelat dan kopi.
Setelah berjalan sekitar 30 menit, Anda baru akan tiba di lokasi air
terjun. Meskipun lelah, Anda akan disambut cericit unggas yang
bersahutan di hutan, dan udara yang sejuk membuat rasa lelah itu hilang
seketika. (Khaerul Anwar)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Terjun di Lombok, Tempat Mandinya Dewi Anjani", https://travel.kompas.com/read/2013/10/11/1042445/Air.Terjun.di.Lombok.Tempat.Mandinya.Dewi.Anjani.
Comments
Post a Comment